Makalah Penelitian Tindakan Kelas
BAB I
PENDAHULUAN
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap
kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi
dalam sebuah kelas secara bersama.
Penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk kajian yang bersifat
reflektif oleh pelaku tindakan, yang ditujukan untuk memperdalam pemahaman
terhadap tindakan yang dilakukan selama proses pembelajaran serta untuk
memperbaiki kelemahan-kelemahan yang masih terjadi.[1]
Adanya masalah dalam penelitian tindakan kelas dipicu oleh
munculnya kesadaran pada diri guru bahwa praktik yang dilakukan selama ini di
kelas mempunyai masalah yang perlu diselesaikan. Berikut ini penulis akan
memaparkan bagaimana pentingnya untuk meneliti tindakan kelas.
1.
Bagaimana
Pengertian Penelitian Tindakan Kelas?
2.
Bagimana
Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas?
3.
Bagaimana
Cara Membuat Proposal Penelitian Tindakan Kelas?
1.
Untuk
memaparkan Pengertian Penelitian Tindakan Kelas.
2.
Untuk
memaparkan Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas.
3.
Untuk
memaparkan Cara Membuat Proposal Penelitian Tindakan Kelas.
Pengertaian penelitian tindakan
kelas terbagi dalam tiga kata, yaitu
penelitian, tindakan, dan kelas. Penelitian adalah kegiatan mencermati suatu
obyek dengan menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau
informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hal, serta menarik
minat dan penting bagi peneliti. Tindakan adalah kegiatan yang sengaja
dilakukan dengan tujuan tertentu. Sedangkan kelas adalah sekelompok siswa yang
dalam waktu yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru. Dalam hal
ini kelas bukan wujud ruangan tetapi diartikan sebagai sekelompok siswa yang
sedang belajar.[2]
Kasihani dalam Sukayati menyatakan
bahwa yang dimaksud dengan PTK adalah penelitian praktis, bertujuan memperbaiki
kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran di kelas dengan cara melakukan
tindakan-tindakan. Upaya tindakan untuk perbaikan dimaksudkan sebagai pencarian
jawab atas permasalahan yang dialami guru dalam melaksanakan tugasnya
sehari-hari. jadi masalah-masalah yang diungkap dan dicarikan jalan keluar
dalam penelitian adalah masalah yang benar-benar ada dan dialami oleh guru.
Sedangkan menurut Suyanto yang dikutip oleh Sukayati secara singkat PTK dapat
didefinisikan sebagai suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif[3] dengan
melakukan tindakan-tindakan tertentu, untuk memperbaiki dan atau meningkatkan
praktek-praktek pembelajaran di kelas secara lebih profesional. Oleh karena itu
PTK terkait erat dengan persoalan praktek pembelajaran sehari-hari yang dialami
guru.[4]
Penelitian tindakan kelas guru,
dapat meniliti secara mandiri atau bersama dengan tenaga kependidikan yang lain
(secara kolaboratif) terhadap proses dan produk pembelajaran secara reflektif
di kelas. Dengan PTK, guru dapat memperbaiki praktek-praktek pembelajaran agar
lebih efektif. PTK juga menjembatani kesenjangan unmpan balik yang sistematik
mengenai pembelajaran yang selama ini dilakukan apakah cocok dengan teori
belajar mengajar dan dapat diterapkan dengan baik di kelasnya melalui PTK guru
dapat mengadopsi teori yang ada untuk kepentingan proses dan produk
pembelajaran agar lebih efektif dan optimal.[5]
2.
Karakteristik Penelitian Tindakan Kelas
Menurut Kunandar dalam Taniredja
dkk, bahwa PTK berbeda dengan penelitian formal (konvensional) pada umumnya.
PTK memiliki karakteristik sebagai berikut:
a.
On-
the job problem oriented (masalah yang
diteliti adalah masalah riil atau nyata yang muncul dari dunia kerja peneliti
atau yang ada dalam kewenangan atau tanggung jawab peneliti).
b.
Problem-
solving oriented (berorientasi pada pemecahan
masalah).
c.
Improvement-
Oriented (berorientasi pada peningkatan
mutu).
d.
Cilclik
(siklus). Konsep tindakan (action) dalam PTK diterapkan
melalui urutan yang terdiri dari beberapa tahap berdaur ulang (cyclical).
e.
Action
oriented. Dalam PTK selalu didasarkan pada
adanya tindakan (treatment) tertentu untuk memperbaiki PBM di kelas.
f.
Pengkajian
terhadap dampak tindakan.
g.
Specifics
contextual. Aktivitas PTK dipicu oleh
permasalahan praktis yang dihadapi guru dalam PBM di kelas.
h.
Partisipatory (collaborative). PTK dilaksanakan secara kolaboratif dan
bermitra dengan pihak lain, seperti teman sejawat.
i.
Peneliti
sekaligus sebagai praktisi yang melakukan refleksi.
j.
Dilaksanakan
dalam rangkaian langkah dengan bebberapa siklus, dalam satu siklus terdiri dari
tahapan perencanaan (planning), tindakan (action), pengamatan (observation),
dan refleksi (reflection) dan selanjutnya diulang kembali dalam beberapa
siklus.[6]
Meburut Richart Winter yang dikutip
oleh Sukarsono dkk, menyebutkan setidaknya ada enam karakteristik PTK[7], yaitu:
a.
Kritik
refleksi; salah satu langkah di dalam penelitian kualitatif pada umumnya, dan
khususnya PTK ialah adanya upaya refleksi terhadap hasil obesrvasi mengenai
latar dan kegiatan suatu aksi. Hanya saja, di dalam PTK yang dimaksud dengan
refleksi ialah suatu upaya evaluasi atau penilaian, dan refleksi ini perlu
adanya upaya kritik sehingga dimungkinkan pada taraf evaluasi terhadap
perubahan-perubahan.
b.
Kritik
Dialektis; dengan adanya kritik tersebut diharapkan penelitian bersedia
melakukan kritik terhadap fenomena yang ditelitinya. Selanjutnya peneliti akan
bersedia melakukan pemeriksaan terhadap: (a) konteks hubungan secara menyeluruh
yang merupakan satu unit walaupun dapat dipisahkan secara sejlas, dan, (b)
Struktur Kontradiksi internal, maksudnya di balik init yang jelas, yang
memungkinkan adanya kecenderungan mengalami perubahan meskipun sesuatu yang
berada di balik unit tersebut bersifat stabil.
c.
Kolaboratif,
di dalam PTK diperlukan suatu kerja sama dengan pihak-pihak lain seperti
alasan, sejawat atau kolega, mahasiswa, dan sebagainya. Kesemuanya itu
diharapkan dapat dijadikan sumber data atau sumber data data sumber. Mengapa
demikian? Oleh karena pada hakikatnya kedudukan peneliti dalam PTK merupakan
bagian dari situasi dan kondisi dari suatu latar yang ditelitinya. Peneliti
tidak hanya sebagai pengamat, tetapi di juga terlibat langsung dalam suatu
proses situasi dan kondisi. Bentuk kerja sama tau kolaborasi di antara para
anggota situasi dan kondisi itulah yang menyebabkan suatu proses dapat
berlangsung. Kolaborasi dalam kesempatan ini ialah berupa sudut pandang yang
disampaikan oleh setiap kolaborator. Selanjutnya, sudut pandang ini dianggap
sebagai andil yang sangat penting dalam upaya pemahaman terhadap berbagai
permasalahan yang muncul. Untuk itu, peneliti akan bersikap bahwa tidak ada
sudut pandang dari seseorang yang dapat digunakan untuk memahami sesuatu
masalah secara tuntas dan mampu dibandingkan dengan sudut pandang yang berasal;
dari berbagai pihak. Namun demikian memperoleh berbagai pandangan dari
kolaborator, peneliti tetap sebagai figur yang memiliki, kewenangan dan
tanggung jawab untuk menentukan apakah sudut pandang dari kolaborator
dipergunakan atau tidak. Oleh karenanya, dapat dikatakan bahwa fungsi
kolaborator hanyalah sebagai pembantu di dalam PTK ini, bukan sebagai yang
begitu menentukan terhadap pelaksanaan dan berhasil tidaknya penelitian.
d.
Resiko;
dengan adanya ciri resiko diharapkan dan dituntut agar peneliti berani
mengambil resiko; terutama pada waktu proses penelitian berlangsung. Resiko
yang mungkin ada diantaranya (a) melesetnya hipotesis dan (b) adanya tuntutan
untuk melakukan suatu transformasi. Selanjutnya, melalui keterlibatan dalam
proses penelitian, aksi peneliti kemungkinan akan mengalami perubahan pandangan
karena ia menyaksikan sendiri adanya diskusi atau pertentangan dari para
kalaborator dan selanjutnya menyebabkan pandangan berubah.
e.
Internalisasi
Teori dan praktik; menurut pandangan para ahli PTK bahwa teori dan praktek
bukan merupakan dua dunia yang berlainan. Akan tetapi, keduanya merupakan dua
tahap yang berbeda, yang saling bergantung, dan keduanya berfungsi untuk
mendukung transformasi. Pendapat ini berbeda dengan pandangan para ahli penelitian
konvensional yang beranggapan bahwa teori dan praktik merupakan dua hal yang
terpisa. Keberadaan teori diperuntukkan praktik, begitu pula sebaliknya
sehingga keduanya dapat digunakan dan dikembangkan bersama.[8]
Berdasarkan uraian di atas, jelaslah
bahwa bentuk PTK benar-benar berbeda dengan bentuk penelitian yang lain, baik
itu penelitian yang menggunakan paradigma kuantitatif maupun paradigma
kualitatif. Oleh karenanya, keberadaan bentuk PTK tidak perlu lagi diragukan ,
terutama sebagai upaya merperkaya khasanah kegiatan penelitian yang dapat
dipertangungjawabkan taraf keilmiahannya.
3.
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas
Tujuan penelitian tindakan kelas
atau classroom action research adalah untuk meningkatkan dan memperbaiki
praktik pembelajaran yang dilakukan oleh seorang guru. W.R. Borg, seperti
dikutip oleh Suyatno dalam Mahmud dan Priatna[9] ,
menyebutkan bahwa tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah pengembangan
keterampilan guru berdasarkan pada persoalan-persoalan pembelajaran yang
dihadapi oleh guru di kelasnya, dan bukan bertujuan untuk pencapaian
pengetahuan umum dalam bidang pendidikan.
Berkenaan dengan tujuan, PTK
merupakan salah satu cara strategis bagi guru untuk meningkatkan dan
memperbaiki layanan pendidikan. Suyatno dalam Mahmud dan Priatna menyebutkan
bahwa dasar utama dilaksanakan penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan.
Tujuan PTK dapat dicapai dengan
melakukan berbagai tindakan alternatif dalam memecahkan persoalan pembelajaran
di kelas. Dalam hal ini, PTK harus difokuskan pada tindakan-tindakan alternatif
yang direncanakan oleh seorang guru, kemudian dicoba dan dievaluasi, apakah
tindakan-tindakan alternatif tersebut dapat digunakan untuk problem solving
atau terhadap masalah yang sedang dihadapi olehnya dalam kegiatan
pembelajaran?. Jika perbaikan dan peningkatan pelayanan profesional guru dalam
konteks pembelajaran dapat terwujud berkat diadakannya penelitian tindakan
kelas, ada tujuan penyerta yang juga dapat dicapai. Tujuan penyerta yang
dimaksud adalah terjadinya proses latihan dalam jabatan selama proses
penelitian tindakan kelas berlangsung. Tujuan penyerta ini merupakan perbaikan
dan peningkatan layanan pendidikan. Oleh karena itu, guru akan lebih banyak
berlatih mengaplikasikan berbagai tindakan alternatif sebagai upaya untuk
meningkatkan layanan pembelajaran.
Melalui PTK, seorang guru akan lebih
banyak mendapatkan pengalaman tentang keterampilan praktik pembelajaran secara
reflektif.
Menurut Sukayati Tujuan Penelitian
Tindakan Kelas terbagai dalam tiga tujuan yaitu:
a.
Meningkatkan
dan memperbaiki praktek pembelajaran yang seharusnya dilakukan oleh guru, mengingat
masyarakat kita berkembang begitu cepat. Hal ini akan berakibat terhadap
meningkatnya tuntutan layanan pendidikan yang harus dilakukan oleh guru. PTK
merupakan cara strategis bagi guru untuk meningkatkan atau memperbaiki layanan
tersebut.
b.
Meningkatkan
mutu pendidikan, peningkatan atau perbaikan praktek pembelajaran di kelas hanya
tujuan antara, sedangkan tujuan akhir adalah peningkatan mutu pendidikan.
Misal, terjadi peningkatan motivasi siwa dalam belajar, meingkatkatnya sikap
positif siswa terhadap mata pelajaran, bertambahnya keterampilan yang dikuasai,
adalah merupakan beberapa contoh dari tujuan antara sebagai hasil jangka pendek
dari peningkatan praktek pembelajaran di kelas. Sasaran akhirnya adalah
meningkatnya mutu pendidikan.
c.
Menumbuhkembangkan
budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif untuk
memperbaiki pembelajaran, berdasar pada persoalan-persoalan pembelajaran yang
dihadapi guru di kelas.[10]
Output atau hasil yang diharapkan melalui PTK adalah
peningkatan atau perbaikan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang meliputi
hal-hal sebagai berikut:
a.
Peningkatan
atau perbaikan kinerja siswa disekolah.
b.
Peningkatan
atau perbaikan mutu proses pembelajaran.
c.
Peningkatan
atau perbaikan kualitas penggunaan media, alat bantu belajar, dan sumber
belajar lainnya.
d.
Peningkatan
atau perbaikan kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk
mengukur proses dan hasil belajar siswa.
e.
Peningkatan
atau perbaikan masalah-masalah pendidikan anak di sekolah.
f.
Peningkatan
dan perbaikan kualitas dalam penerapan kurikulum dan pengembangan kompetensi
siswa di sekolah.[11]
4.
Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Manfaat PTK
yang terkait dengan komponen pembelajaran adalah sebagai berikut:[12]
a.
Manfaat PTK dalam aspek inovasi pembelajaran
Inovasi pembelajaran adalah upaya seorang guru dalam
mengubah, mengembangkan, dan meningkatkan gaya mengajar agar mampu melahirkan
model pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kelasnya. Dari tahun ke tahun,
guru selalu berhadapan dengan siswa yang berbeda. Oleh sebab itu, jika guru
melakukan penelitian tindakan kelas dari kelasnya sendiri serta berangkat dari
persoalan yang dihadapinya kemudian menghasilkan solusi untuk perbuatan
tersebut, maka secara tidak langsung ia telah terlibat dalam proses inovasi
pembelajaran. Dengan cara seperti itu, inovasi pembelajaran benar-benar
berangkat dari realitas permasalahan yang dihadapi guru dalam mengajar di
kelas.
Inovasi pembelajaran seperti di atas dengan sendirinya
akan jauh lebih efektif jika dibandingkan dengan penataran-penataran untuk
tujuan yang sama. Sebab, dalam penataran biasanya selalu berangkat dari teori
yang belum tentu sesuai dengan kebutuhan guru secara individual bagi pemecahan
masalah yang dihadapinya di kelas. Sementara itu, penelitian tindakan kelas akan
selalu relevan dengan kebutuhan guru untuk mengadakan inovasi dalam proses
pembelajaran. Di samping berangkat dari realitas keseharian sang guru dalam
penelitian tindakan kelas terbuka sekali bagi guru untuk merumuskan masalahnya
bagi efektivitas model-model pembelajaran di kelasnya.
b.
Manfaat PTK dalam aspek pengembangan kurikulum
Dalam aspek pengembangan kurikulum, PTK dapat
dimanfaatkan secara efektif oleh guru yang bertanggung jawab dalam pengembangan
kurikulum tersebut. Untuk kepentingan pengembangan kurikulum pada level kelas,
PTK sangat bermanfaat jika digunakan sebagai salah satu sumber masukan.
Sebagaimana dikatakan oleh J. Elliot (1992), proses reformasi kurikulum secara
teoritik tidak netral. Oleh karena itu, proses ini akan dipengaruhi oleh gagasan-gagasan
yang saling berhubungan mengenai hakikat pendidikan, pengetahuan, dan
pengajaran. Penelitian tindakan kelas dapat membantu guru untuk lebih dapat
memahami hakikat tersebut secara empirik, bukan sekadar penalaran teoritik.
c.
Manfaat PTK dalam aspek profesionalisme guru
Seorang guru profesional tidak akan menolak melakukan
perubahan dalam praktik pembelajarannya yang sesuai dengan kondisi kelasnya.
Penelitian tindakan kelas merupakan salah satu media yang dapat digunakan oleh
guru untuk memahami apa yang terjadi dalam kelas untuk kemudian meningkatkannya
kearah perbaikan secara profesional. Berkenaan dengan profesionalisme guru,
McNiff (1992) menyatakan bahwa dalam penelitian tindakan kelas, seorang guru
ditantang untuk memiliki keterbukaan terhadap pengalaman dan proses-proses
pembelajaran yang baru. Dengan demikian pada kenyataannya, tindakan-tindakan
dalam PTK merupakan pendidikan itu sendiri bagi guru.
Guru yang profesional perlu melihat dan menilai
sendiri secara kritis terhadap praktik pembelajarannya di kelas. Dengan melihat
praktik kerjanya untuk kemudian direfleksikan dan diperbaiki, seorang guru akan
semakin memiliki bobot akademik yang menunjang penciptaan output yang baik dan diharapkan.
Sebuah perasaan penting dalam pendidikan ialah seorang
guru harus selalu mengupayakan perbaikan setiap saat dalam proses
pembelajarannya. Perbaikan penbelajaran yang dapat dilakukan akibat diadakannya
penelitian tindakan kelas akan memungkinkan bagi guru untuk meningkatkan
kecakapan profesinya secara sistematik.[13]
Berdasarkan pemaparan di atas dapat
disimpulkan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas sebagai berikut:
a.
Membuat guru peka dan tanggap terhadap dinamika
pembelajaran di kelasnya.
b.
Guru menjadi reflektif dan kritis terhadap apa yang
dilakukan oleh dia dan muridnya.
c.
Meningkatkan kinerja guru.
d.
Dengan tahapan-tahapan PTK, guru mampu memperbaiki
proses pembelajarannya melalui suatu kajian yang dalam terhadap apa yang
terjadi di kelas (aktual maupun faktual)
e.
PTK tidak
mengganggu tugas pokok karena terintegrasi antara tugas pokok dalam proses
pembelajaran dan kerja penelitian.
f.
PTK membuat guru
lebih kreatif dan inovatif, karena selalu memperhatikan kelemahannya dan
berupaya untuk mencari solusi.
5.
Penerapan Penelitian Tindakan Kelas
PTK akan bisa dilakukan oleh seorang guru
bila dirinya memiliki rasa tidak puas terhadap praktik belajar yang selama ini
dilakukan olehnya. Sebaliknya, bila seorang guru telah merasa puas dengan apa
yang ia lakukan dalam proses pembelajara di kelasnya walaupun senyatanya masih
banyak kekurangan dan hambatan, maka sangat susah baginya untuk melakukan
penelitian tindakan kelas.
PTK bisa diterapkan oleh seorang guru
apabila dirinya jujur mengakui kelemahan pada dirinya. Kelemahannya akan
terbaca oleh dirinya apabila ia mampu merefleksi, merenung, dan mereview
terhadap apa saja yang telah dilakukan dalam proses pembelajaran di kelasnya.
Sebagai contoh terdapat masalah kemampuan siswa kelas 3 Aliyah yang kesulitan
memahami teori waris Islam dalam pelajaran fiqih. Dilihat dari sisi pencapaian,
mereka selalu mendapatkan nilai buruk bila diberi ujian yang memuat pelajaran
tersebut. Untuk mengatasi persoalan tersebut, guru dapat melakukan penelitian
tindakan kelas dengan mencoba berbagai alternatif model pembelajaran agar siswa
dapat belajar dengan mudah ilmu waris tersebut. Model pembelajaran tersebut
bisa saja dengan cara menggunakan diagram atau dengan menggunakan alat peraga
atau bisa saja seorang guru menyuruh menghafalkan rumus waris dengan cara
dilagukan, atau dengan cara lainnya.
McNiff seperti yang dikutip oleh Suyatno,
menyebutkan beberapa petunjuk praktis agar PTK bisa dilakukan oleh seorang guru[14]:
a. Berangkat
dari persoalan yang kecil
Yang
dimaksud dengan persoalan kecil adalah hal-hal yang ukuran urgensitasnya tidak
terlalu mencolok namun perlu, tapi selalu dianngap enteng. Sebagai contoh
adalah masalah menyampaikan silabi kepada siswa, penjadwalan mata pelajaran,
dan lain-lain. Untuk permasalahan ini, seorang guru dapat melakukan tindakan
yang berkenaan dengan salah satu persoalan di atas.
b. Rencanakan
penelitian tindakan secara cermat
PTK
harus dilaksanakan secara cermat. Perencanaan yang cermat ini pada hakikatnya menyangkut
skenario tindakan-tindakan apa saja yang akan dicobakan dalam penelitian,
persoalan mana yang harus dipecahkan terlebih dahulu, kelas mana yang harus
dilibatkan, rekan guru mana yang harus diajak untuk terlibat, kepada siapa
harus berkonsultasi, dan lain-lain.
c. Susunlah
jadwal yang realistik
Seorang
guru yang akan melakukan PTK harus menentukan jadwal setiap tindakan yang
dicobakan secara realistis, artinya penjadwalan tersebut harus sesuai dengan
tuntutan kurikulum, rentang masa belajar secara formal di sekolah, jadwal mata
pelajaran setiap hari, dan lain-lain.
d. Libatkan
pihak lain
Dalam
melakukan PTK, guru perlu melibatkan pihak lain agar validitas
tindakan-tindakan yang dicobakan dapat dijamin. PTK lebih memiliki jiwa atau
sifat melibatkan pihak lain, bukannya sebuah penelitian pada orang lain. Oleh
sebab itu, keterlibatan pihak lain seperti sesama guru yang lain, siswa, atau
pengawas harus dipandang sebagai mitra kerja dalam rangka PTK.
e. Informasi
harus sampai pada pihak lain yang terkait
Dalam
melakukan tindakan kelas, seorang guru perlu menginformasikan kegiatan-kegiatan
yang akan dicobakan dalam penelitian itu kepada pihak-pihak lain yang terkait.
Tujuan utama untuk melakukan hal ini adalah agar mereka tidak salah paham dan
tindakan dalam penelitian tidak dianggap sebagai kegiatan yang subversif,
mengganggu tradisi yang sudah mapan. Jika seorang guru akan mencobakan tindakan-tindakan
tertentu dalam proses pembelajaran, kepala sekolah, guru lain, orangtua murid
perlu diberitahu tentang hal itu. Hal ini perlu dilakukan agar guru sebagai
peneliti mendapatkan dukungan baik secara administratif, psikologis, maupun
dukungan profesional.
f.
Ciptakan sistem
umpan balik
Dalam
melakukan PTK, guru perlu menciptakan sistem umpan balik. Sistem ini sebenarnya
merupakan bagian penting dari proses pembelajaran. Oleh sebab itu, dalam PTK
guru perlu segera memberitahukan hasil penelitiannya kepada pihak lain yang
terkait agar memungkinkan baginya mendapatkan umpan balik. Sistem umpan balik
sangat penting untuk diciptakan agar peneliti (guru) memperoleh masukan yang
bersifat korektif dan bahkan dapat memperbaiki arah penelitian selanjutnya jika
penelitian itu masih berada pada putaran-putaran awal.
g. Buatlah
jadwal penulisan hasil penelitian
Sejak
awal, peneliti harus membuat jadwal penulisan hasil penelitian baik secara
formal maupun informal. Melalui penulisan terhadap semua proses, kegiatan, dan
hasil PTK akan memungkinkan bagi peneliti untuk memiliki gagasan yang lebih
jelas tentang apa yang sedang dan akan terjadi. Dengan demikian, peneliti akan
semakin memahami secara tuntas terhadap proses pembelajaran yang sedang
diperbaiki melalui PTK.[15]
6.
Bentuk-bentuk Penelitian Tindakan Kelas
Oja
dan Smulyan seperti dikutip oleh Suyatno,[16] menyebutkan empat bentuk
PTK:
a. Guru Sebagai Peneliti
PTK
dalam bentuk pertama guru sebagai peneliti memiliki ciri penting, yaitu sangat berperannya
guru itu sendiri dalam proses PTK. Dalam PTK bentuk ini, tujuan utamanya adalah
untuk meningkatan praktik-praktik pembelajaran di kelas dimana guru terlibat
secara langsung dalam proses perencanaan, aksi (tindakan), dan refleksi.
PTK
dalam bentuk pertama ini, guru mencoba mencari masalah sendiri untuk dipecahkan
melalui penelitian tindakan. Jika melibatkan pihak lain pada penelitian seperti
ini, peranan pihak tersebut tidak dominan. Keterlibatan pihak lain dari luar
hanya bersifat konsultatif dalam mencari dan mempertajam persoalan-persoalan
pembelajaran yang dihadapi oleh guru yang sekiranya layak untuk dipecahkan
melalui PTK.
b. PTK Kolaboratif
PTK
dalam bentuk kolaboratif, penelitian melibatkan beberapa pihak dari guru, kepala
sekolah, maupun dosen secara serentak dengan tujuan untuk meningkatkan praktik
pembelajaran, menyumbang pada perkembangan teori, dan peningkatan karier guru.
Model penelitian tindakan seperti ini selalu dirancang dan dilaksanakan oleh
tim yang terdiri dari guru, dosen, dan kepala sekolah.
PTK
dalam bentuk kolaboratif, hubungan guru sebagai peneliti dengan dosen bersifat
kemitraan. Sehingga mereka dapat duduk bersama untuk memikirkan
persoalan-persoalan yang akan diteliti melalui penelitian tindakan kelas. Dalam
proses PTK kolaboratif, bukan pihak luar semata yang bertindak sebagai
inovator. Guru juga dapat melakukannya melalui kerjasama dengan dosen perguruan
tinggi. Dengan suasana bekerja seperti itu, guru dan dosen dapat saling belajar
dan saling mengisi terhadap proses peningkatan profesionalisme masing-masing.
c. PTK Simultan Terintegrasi
PTK
simultan terintegrasi memiliki dua tujuan utama sekaligus, yaitu memecahkan persoalan
praktis dalam pembelajaran dan menghasilkan pengetahuan yang ilmiah dalam
bidang pembelajaran di kelas. Dalam bentuk penelitian tindakan yang demikian,
guru dilibatkan pada proses penelitian kelasnya terutama aspek aksi dan
refleksi terhadap praktik-praktik pembelajaran di kelas. Meskipun demikian,
persoalan-persoalan pembelajaran yang diteliti datang dan diidentifikasi oleh
peneliti dari luar. Jadi dalam bentuk ini, guru bukan pencetus gagasan terhadap
persoalan apa yang harus diteliti dalam kelasnya sendiri. Sehingga guru bukan
inovator dalam penelitian ini, sebaliknya yang mengambil posisi inovator adalah
peneliti lain di luar guru.[17]
d. PTK Administrasi Sosial Eksperimental
PTK
administrasi sosial eksperimental adalah PTK yang lebih menekankan pada dampak
kebijakan dan praktik. Dalam PTK bentuk keempat ini, guru tidak dilibatkan
dalam perencanaan, aksi, dan refleksi terhadap praktik pembelajarannya sendiri
di dalam kelas. Jadi guru tidak banyak memberi masukan pada proses penelitian
yang berbentuk seperti ini. Tanggung jawab penuh penelitian tindakan terletak
pada pihak luar, meskipun objek penelitian itu terletak di dalam kelas tertentu.
PTK
dalam bentuk administrasi sosial eksperimental, peneliti bekerja atas dasar
hipotesis tertentu, kemudian melakukan berbagai bentuk tes dalam sebuah
eksperimen.[18]
B.
Langkah-langkah Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas
Langkah-langkah yang hendaknya diikuti
dalam Penelitian Tindakan Kelas menurut Marzuki dan Suwarsih dalam Sukayati
adalah sebagai berikut[19]:
1.
Mengidentifikasi dan merumuskan suatu masalah
Mengidentifikasi
dan merumuskan masalah yang dianggap penting dan kritis yang harus segera
dicarikan penyelesaian dalam pembelajaran sehari-hari, antara lain meliputi
ruang lingkup masalah, identifikasi masalah dan perumusan masalah.
a.
Ruang
lingkup masalah
Di bidang
pendidikan, PTK telah digunakan untuk pengembangan kurikulum dan progam
perbaikan. Contoh PTK dalam pembelajaran berkaitan dengan:
1)
Metode/
strategi pembelajaran;
2)
Media
pembelajaran.
b.
Identifikasi
Masalah
Masalah yang
akan diteliti memang ada dan sering muncul selama proses pembelajaran
seharihari sehingga perlu dicarikan penyelesaian. Ada beberapa kriteria dalam
menentukan masalah yaitu:
1)
Masalahnya
memang penting dan sekaligus signifikan dilihat dari segi pengembangan kelas
dan sekolah;
2)
Masalah
hendaknya dalam jangkauan penanganan;
3)
Pernyataan
masalahnya harus mengungkap beberapa dimensi fundamental mengenai penyebab dan
faktor, sehingga pemecahannya dapat dilakukan berdasar hal-hal fundamental ini
dari pada berdasarkan fenomena dangkal.[20]
c.
Perumusan
Masalah
Pada intinya, rumusan masalah seharusnya mengandung deskripsi
tentang kenyataan yangada dan keadaan yang dinginkan. Dalam merumuskan masalah
PTK, ada beberapa petunjuk yang dapat digunakan sebagai acuan. Beberapa
petunjuk tersebut antara lain:
1)
Masalah
hendaknya dirumuskan secara jelas, dalam arti tidak mempunyai makna ganda dan
pada umumnya dapat dituangkan dalam kalimat tanya;
2)
Rumusan
masalah hendaknya menunjukkan jenis tindakan yang akan dilakukan dan
hubungannya dengan variable lain:
3)
Rumusan
masalah hendaknya itu memungkinkan dikumpulkannya data untuk menjawab
pertanyaan tersebut.[21]
Analisis
masalah perlu dilakukan untuk mengetahui dimensi-dimensi problem yang ada untuk
mengidentifikasi aspek-aspek pentingnya sehingga dapat memberikan penekanan
tindakan.
3.
Merumuskan Hipotesis Tindakan
Hipotesis dalam
PTK bukan hipotesis perbedaan atau hubungan, melainkan hipotesis tindakan,
rumusan hipotesis tindakan memuat jawaban sementara terhadap persoalan yang
diajukan dalam PTK. Jawaban itu masih bersifat teoritik dan dianggap benar
sebelum terbukti salah melalui pembuktian dengan menggunakan data dari PTK.
4.
Membuat rencana tindakan dan Pemantauan
Rencana
tindakan memuat informasi0informasi tentang hal-hal sebagai berikut:
a.
Apa
yang diperlukan untuk menentukan kemungkinan pemecahan masalah yang telah
dirumuskan;
b.
Alat-lat
dan teknik yang diperlukan untuk mengumpulkan data;
c.
Rencana
pencatatan data dan pengolahannya;
d.
Rencana
untuk melaksanakan tindakan dan evaluasi hasil.
5.
Pelaksanaan tindakan dan pencatatan
Pelaksanaan
tindakan yang telah direncanakan hendaknya cukup fleksibel untuk mencapai perbaikan
yang dinginkan.
6.
Mengolah dan menafsirkan data
Isi semua
catatan hendaknya dilihat dan disajikan landasan untuk refleksi. Dalam hal ini
peneliti harus membandingkan isi catatan yang dilakukan tim untuk menentukan
hasil temuan. Semua yang terjadi baik yang direncanakan mapun yang tidak
direncanakan perlu dianalisis untuk menentukan apakah ada perubahan yang
signifikan ke arah perbaikan.
Hasil dari
analisis data dilaporkan secara lengkap tentang pelaksanaan tindakan yang telah
direncanakan maupun perubahan yang mungkin terjadi.[22]
C.
Proposal Penelitian Tindakan Kelas
Penyusunan proposal atau usulan penelitian merupakan langkah awal
yang harus dilakukan peneliti sebelum memulai kegiatan Penelitian Tindakan
kelas. Proposal PTK dapat membantu memberi arah pada peneliti agar mampu
menekan kesalahan yang mungkin terjadi selama penelitian berlangsung. Proposal
PTK harus dibuat sistematis dan logis sehingga dapat dijadikan pedoman yang
mudah diikuti. Proposal PTK adalah gambaran terperinci tentang proses yang akan
dilakukan peneliti (guru) untuk memecahkan masalah dalam pelaksanaan tugas
(pembelajaran).
Proposal atau sering disebut juga sebagai usulan penelitian adalah
suatu pernyataan tertulis mengenai rencana atau rancangan kegiatan penelitian
secara keseluruhan. Proposal PTK penelitian berkaitan dengan pernyataan atas
nilai penting dari suatu penelitian. Membuat proposal PTK bisa jadi merupakan
langkah yang paling sulit namun menyenangkan di dalam tahapan proses
penelitian. Sebagai panduan, berikut dijelaskan sistematika usulan PTK.[23]
a.
Judul Penelitian
Sistematika proposal PTK pertama merupaka judul penelitian dimana
judul penelitian ini dinyatakan secara singkat dan spesifik tetapi cukup jelas
menggambarkan masalah yang akan diteliti, tindakan untuk mengatasi masalah
serta nilai manfaatnya. Formulasi judul dibuat agar menampilkan wujud PTK bukan
penelitian pada umumnya. Umumnya di bawah judul utama dituliskan pula sub
judul. Sub judul ditulis untuk menambahkan keterangan lebih rinci tentang
subyek, tempat, dan waktu penelitian. Berikut contoh judul PTK dalam
pendidikan:
1)
Meningkatkan
hasil belajar melalui pembelajaran kooperatif pada mata pelajaran Pendidikan
Bahasa Arab (dapat dituliskan topik bahasan dan juga mata pelajarannya) di MTs
Negeri XXX.
2)
Penerapan
pembelajaran model Problem Based Learning untuk meningkatkan kemampuan
pemecahan masalah pada mata pelajaran Pendidikan Bahasa Arab Kelas VII di MTs
XXX.[24]
b.
Latar Belakang
Selanjutnya merupakan Latar belakang
masalah, seperti diketahui bahwa Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan
permasalahan pembelajaran. Untuk itu, dalam uraian latar belakang masalah yang
harus dipaparkan hal-hal berikut:
1)
Masalah
yang diteliti adalah benar-benar masalah pembelajaran yang terjadi disekolah.
Umumnya didapat dari pengamatan dan diagnosis yang dilakukan guru atau tenaga
kependidikan lain di sekolah. Perlu dijelaskan pula proses atau kondisi yang
terjadi.
2)
Masalah
yang akan diteliti merupakan suatu masalah penting dan mendesak untuk
dipecahkan, serta dapat dilaksanakan dilihat dari segi ketersediaan waktu,
biaya, dan daya dukung lainnya yang dapat memperlancar penelitian tersebut.
3)
Identifikasi
masalah di atas, jelaskan hal-hal yang diduga menjadi akar penyebab dari
masalah tersebut. Secara cermat dan sistematis berikan alasan (argumentasi)
bagaimana dapat menarik kesimpulan tentang akar masalah itu.[25]
c.
Rumusan Masalah dan cara Pemecahan Masalah
Perumusan masalah dan cara pemecahan masalah, pada bagian ini
umumnya terdiri dari atas jabaran tentang rumusan masalah, cara pemecahan
masalah, tujuan serta manfaat atau kontribusi hasil penelitian.
1)
Perumusan
Masalah, berisi rumusan masalah penelitian. Dalam perumusan masalah dapat
dijelaskan definisi, asumsi, dan lingkup yang menjadi batasan PTK. Rumusan
masalah sebaiknya menggunakan kalimat tanya dengan mengajukan alternatif
tindakan yang akan dilakukan dan hasil positif yang diantisipasi dengan cara
mengajukan indikator keberhasilan tindakan, cara pengukuran serta cara
mengevaluasinya.
2)
Pemecahan
Masalah; merupakan uraian alternatif tindakan yang akan dilakukan untuk
memecahkan masalah. Pendekatan dan konsep yang digunakan untuk menjawab masalah
yang diteliti disesuaikan dengan kaidah PTK. Cara pemecahan masalah ditentukan
atas dasar akar penyebab permasalahn dalam bentuk tindakan yang jelas dan
terarah. Alternatif pemevahan hendaknya mempunyai landasan konseptual yang
mantapyang bertolak belakang dari hasil analisis masalah.[26]
d.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan PTK dirumuskan secara jelas, dipaparkan sasaran antara dan
sasaran akhir tindakan perbaikan. Perumusan tujuan harus konsisten dengan
hakikat permasalahan yang dikemukakan dalam bagian-bagian sebelumnya.
Di samping tujuan PTK diatas, juga perlu diuraikan kemungkinan
kemanfaatn penelitian. Dalam hubungan ini, perlu dipaparkan secara spesifik
keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh, khususnya bagi siswa, di samping
bagi guru pelaksana PTK, bagi rekan-rekan guru lainnya serta bagi dosen LPTK
sebagai pendidik guru. Pengembangan ilmu, bukanlah prioritas dalam menetapkan
tujuan penelitian tindakan kelas.
e.
Kerangkan Teoritik dan Perumusan Hipotesis Tindakan
Pada bagain ini diuraikan landasan konseptual dalam arti teoritik
yang digunakan peneliti dalam menentukan alternatif pemevahan masalah. Untuk
keperluan itu, dalam bagian ini diuraikan kajian baik pengalaman peneliti PTK
sendiri yang relevan maupun pelaku-pelaku PTK lain di samping terhadap
teori-teori yang lazim hasil kajian kepustakaan. Pada bagian ini diuraikan
kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan gagasan mendasar usulan rancangan
penelitian tindakan. Kemukakan juga teori, temuan dan bahan penelitian lain
yang mendukung pilihan tindakan untuk mengatasi permasalahan penelitian
tersebut. Urain ini digunakan untuk menyusun kerangka berpikir atau konsep yang
akan diguankan dalam penelitian. Pada bagian akhir dapat dikemukanan hipotesis
tindakan yang menggambarkan indikator keberhasilan tindakan yang diharapkan/
diantisipasi. Sebagai contoh, akan dilakukan PTK yang menerapkan model
pembelajaran kontekstual sebagai jenis tindakannya. Pada kajian pustaka harus
jelas dapat dikemukakan:
1)
Bagaiman
teori pembelajaran konstekstual, siapa saja tokoh-tokoh dibelakangnya,
bagaimana sejarahnya, apa yang spesifik dari teori tersebut, persyaratannya,
dll.
2)
Bagaimana
bentuk tindakan yang dilakukan dalam penerapan teori tersebut pada
pembelajaran, strategi pembelajarannya, skenario pelaksanaanya, dll.
3)
Bagimana
keterkaitan atau pengaruh penerapan model tersebut dengan perubahan yang
diharapkan, atau terhadap masalah yang aka dipecahkan, hal ini hendaknya dapat
dijabarkan dari berbagai hasil penelitian yang sesuai.
4)
Bagaimana
perkiraan hasil (hipotesis tindakan) dengan dilakukannya penerapan model di
atas pada pembelajaran terhadap hal yang akan dipecahkan.[27]
f.
Prosedur Penelitian
Pada bagian ini diuraikan secara jelas prosedur penelitian yang
akan dilakukan. Kemukakan obyek, waktu dan lamanya tindakan, serta lokasi
penelitian secara jelas. Prosedur hendaknya dirinci dan perencanaan,
pelaksanaan tindakan, obeservasi, evaluasi –refleksi, yang bersifat daur ulang
atau siklus.
g.
Daftar Pustaka
Daftar pustaka berisikan literatur yang digunakan dalam kegiatan
penelitian yang disusun secara alfabet berikutsumber-sumber yang digunakan
selain buku literatur seperti bahan dan internet dan lain sebagainya.
h.
Lampiran
Lampiran
berisikan hal-hal lain-lain yang dianggap perlu seperti rancangan materi dan
pemeblajaran yang akan dilaksanakan, serta alat pengumpulan data.[28]
Penelitian Tindakan Kelas adalah
penelitian praktis, bertujuan memperbaiki kekurangan-kekurangan dalam
pembelajaran di kelas dengan cara melakukan tindakan-tindakan. Upaya tindakan
untuk perbaikan dimaksudkan sebagai pencarian jawab atas permasalahan yang
dialami guru dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. jadi masalah-masalah yang
diungkap dan dicarikan jalan keluar dalam penelitian adalah masalah yang
benar-benar ada dan dialami oleh guru.
Langkah-langkah dalam melaksanakan
penelitian tindakan kelas teridiri dari menidentifikasi dan menganalisis
masalah, menemukan masalah, merumuskan hipotesis, menysusun rencana tindakan,
melaksanakan tindakan, menganalisis data.
Cara penysunan proposal tindakan
kelas adalah dengan menentukan judul penelitian, bidang kajian, pendahuluan,
perumusan dan pemecahan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian,
kajian pustaka, rencana dan prosedur penelitian, jadwal penelitian, biaya
penelitian, personalia penelitian, daftar pustaka, lampiran-lampiran
penelitian.
Demikian makalah dari kami semoga dapat memberikan manfaat dan
menambah wawasan kita semua. Adapun saran yang ingin disampaikan adalah:
1.
Kepara
para pembaca/ calon guru semoga bisa mengambil pengalaman dari makalah ini
mengenai Metodologi Penelitian Tindakan Kelas.
2.
Apabila
ada kritik dan saran, silakan sampaikan langsung kepada kami. Karena ktitik dan
saran dari pembaca tentu sangat dibutuhkan untuk bahan intropeksi. Sehingga di
masa yang mendatang, kami dapat menyusun makalah yang lebih baik lagi. Dan jika
ada kesalahan mohon dimaafkan, karena kami hanyalah hamba Allah SWT yang tidak
luput dari khilaf dan lupa.
Mahmud & Priatna, 2008, Tedi, Penelitian
Tindakan Kelas, Bandung: Tsabita.
Ridwan, Sa’adah, 2005, Penelitian
Tindakan Kelas bagi Guru, Jakarta: Ditjen Dikdasmen.
Sukarsono, 2014, Modul Pengantar
Penulisan Penelitian Tindakan Kelas Malang: UMM Press.
Sukayati, 2008, Penelitian
Tindakan Kelas, Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Suyatno, 1997, Pedoman
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Taniredja, Tukiran, 2010, Penelitian
Tindakan Kelas Untuk Pengembangan Profesi Guru, Bandung: CV ALFABETA.
Wijaya, Candra & Syahrum, 2013, Penelitian
Tindakan Kelas, Bandung: Citapustaka Media Printis.
[1] Sa’adah
Ridwan, Penelitian Tindakan Kelas bagi Guru, (Jakarta: Ditjen Dikdasmen,
2005), hal. 1
[2] Sukayati, Penelitian
Tindakan Kelas, (Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional, 2008), hal. 7
[3] Bersifat
Reflektif adalah ketika proses berpikir kritis terjadi maka proses berpikir
kreatif akan ikut berperan dalam mengembangkan ide dari hasil berpikir kritis.
[4] Ibid,
hal. 8
[5]
Ibid
[6] Tukiran
Taniredja, Penelitian Tindakan Kelas Untuk Pengembangan Profesi Guru,
(Bandung: CV ALFABETA, 2010), hal. 18
[7] Sukarsono, Modul
Pengantar Penulisan Penelitian Tindakan Kelas (Malang: UMM Press, 2014),
hal. 6
[8] Ibid,
hal. 7
[9] Mahmud &
Tedi Priatna, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Tsabita, 2008), hal.
29
[10]
Sukayati, Penelitian
Tindakan Kelas..., hal. 12
[11] Candra Wijaya
& Syahrum, Penelitian Tindakan Kelas, (Bandung: Citapustaka Media
Printis, 2013), hal. 43
[12] Suyatno, Pedoman
Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, 1997), hal. 9.
[13] ibid
[14] Ibid,
hal. 10
[15] Ibid,
hal. 11
[16] Ibid, hal. 17
[17] Ibid
[18] Ibid,
hal. 18
[19] Sukayati, Penelitian
Tindakan Kelas..., hal. 14
[20] Ibid,
hal. 14
[21]
Ibid
[22] Ibid, hal.
15-16
[23] Candra Wijaya
& Syahrum, Penelitian Tindakan Kelas..., hal. 71
[24] Ibid,
hal. 72
[25] Ibid,
hal. 73
[26] Ibid,
hal 73-74
[27] Ibid,
hal. 75-76
[28] Ibid,
hal. 78-79
Posting Komentar
0 Komentar